GUS DUR TERIMA PENGHARGAAN YAHUDI
Tabloid SUARA ISLAM EDISI 44,
Tanggal 16 - 29 Mei 2008 M/10 - 23 Jumadil Awal 1429 H
Tokoh Nahdliyin Gus Dur hari Minggu 4 Mei 2008 berangkat ke Amerika untuk menerima peng-hargaan dari Yayasan Simon Wiesenthal Center (SWC) – sebuah LSM di Amerika yang bergerak melindungi kepentingan bangsa Yahudi. Ditemani isterinya, Siti Nuriyah, selama seminggu di Amerika, Gus Dur dijadwalkan akan mengunjungi Universitas George Washington, bertemu dengan mantan koleganya Paul Wol-fowitz serta sejumlah senator Amerika dan juga calon kandidat Presiden Barack Obama.
Menurut
situs gusdur.net, di Negeri Paman Sam itu Gus Dur akan menerima
penghargaan internasional dari dua lembaga berbeda dan menjadi
narasumber di sejumlah forum. Penghargaan pertama didapat dari Simon
Wieshenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang penegakan
HAM dan toleransi antar umat beragama. Yayasan tersebut telah memberikan
piagam penghargaan kepada 12 aktivis. Dan enam orang di antaranya
kemudian menerima Nobel perdamaian. Lembaga yang berkantor di New York
ini menilai Gus Dur merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap
persoalan HAM. Oleh sebab itu, Gus Dur dianugerahi Medals of Valor,
sebuah penghargaan terhadap person yang dengan gigih memperjuangkan
pluralisme dan multikulturalisme.
SWC
sebenarnya adalah sebuah LSM terkenal di Amerika Serikat yang
melindungi kepentingan kaum Yahudi inter-nasional. Lembaga yang
didirikan pada 1977 oleh Simon Wiesenthal (1908-2005), pemburu penjahat
perang Nazi dan pembuat dokumen kekejaman Nazi atas kaum Yahudi, yang
dikenal Holocaust. Salah satu slogan mereka adalah “Berdiri
bersama Israel, membela keselamatan umat Yahudi di dunia dan
mengajarkan hikmah Holocaust kepada generasi mendatang. Saat ini bersama
dengan Museum Of Tolerance di Los Angeles dan New York Tolerance
Center, adalah lembaga-lem-baga internasional untuk mengenang
Holocaust,” sebagaimana tertulis di situs-nya www.wiesenthal.com
Lembaga
ini juga memiliki kedekatan yang erat dengan Israel untuk membela kaum
Yahudi. Lembaga yang mengklaim memiliki 400.000 kader di AS ini memiliki
program yang mengajarkan toleransi dan anti terhadap kekerasan SARA.
Diam-diam SCW ternyata telah banyak melakukan kiprahnya di Indo-nesia.
Kiprah
Simon Wiesenthal Center (SWC) di Indonesia ternyata tidak hanya sebatas
rencana pemberian penghargaan pada Gus Dur. LSM pembela Yahudi ini
sudah mensponsori sejumlah kegiatan di Indonesia yang sepertinya
menempati posisi khusus bagi Simon Wiesenthal Center. Tiap kegiatan yang
diadakannya selalu terekam di catatan situs resmi mereka. Dari situs
resmi mereka yang dirunut detikcom, bisa diusut sekurang-nya ada 3
kegiatan yang melibatkan orang Indonesia.
Pertama,
penampilan perdana tokoh Yahudi-Amerika dalam suatu acara talkshow di
salah satu televisi Tanah Air. Rabbi Abraham Cooper yang sekaligus
kolega SWC berperan sebagai pembicara bersama Rektor UIN Komaruddin
Hidayat, budayawan Muji Sutrisno, dan Soegeng Sarjadi. Tema acara
tersebut adalah Toleransi Antar Umat Beragama: Wujud Rahmatan lil Alamin
Kedua,
mensponsori konferensi antar agama yang digelar di Bali pertengahan
2007. SWC bersama Wahid Institute dan LibForAll Foundation menggelar
acara yang bermuara pada sikap mengutuk keras segala bentuk aksi
terorisme..Ke Bali, Israel mengirim beberapa 'dutanya'. Mereka berkisah
bagaimana lolos dari kekejaman holocaust dan bom bunuh diri di
Yerusalem.
Ketiga,
adalah kunjungan 5 orang yang berasal dari ormas-ormas Islam di
Indonesia, seperti Muhammadiyah dan NU, ke Israel. SWC bertindak sebagai
tuan rumah, sementara kedatangan mereka disponsori oleh LibForAll
Foun-dation. Dalam situs resmi SWC yang mengutip Jerusalem Post, wakil
Muham-madiyah adalah Syafiq Mugni, sedangkan Abdul A'la mewakili NU.
Kedatangan mereka disambut positif oleh SWC. Bahkan kedatangan 5 orang
tersebut digambar-kan sebagai perwakilan 70 juta orang Indonesia."Sebuah
misi penting pemimpin muslim dari Indonesia yang datang ke Israel
sebagai tamu Simon Wiesenthal Center. Kelompok ini, mewa-kili lebih dari
70 juta orang konstituen yang dikoordinasi LibForAll Foundation," klaim SWC dalam situsnya.
Penghargaan
kedua didapat Gus Dur dari Temple University, Philadelphia. Nama
Abdurrahman Wahid didedikasikan perguruan tinggi itu untuk jabatan
profesor ahli studi agama-agama (pro-essor chair of Islam in Dialogue).
Temple University itu menilai Gus Dur sebagai salah satu tokoh di dunia
Islam yang berjuang untuk dialog antaragama.
Selain
menerima penghargaan, Gus Dur direncanakan akan berbicara mengenai
hubungan antar agama di George Washington University di Washington DC.
Di Ibukota AS itu, pendiri the WAHID Institute ini juga akan bertemu
sejumlah senator AS dan staf Gedung Putih. Mantan Ketua Umum PBNU ini
juga akan mengadakan pertemuan dengan tokoh dan LSM perdamaian di kota
New York. Di kota itu dia akan menyampaikan pandangannya tentang agama
dan perda-maian dunia dalam Konferensi Internasional untuk Agama dan
Perdamaian. Konferensi itu diimpin oleh Taj Hamad, seorang muslim AS
berdarah Sudan yang menjadi Sekretaris Jenderal World Association of
Non-Governmental Organizations. Gus Dur juga pernah menjadi pemimpin
Konferensi itu saat menjabat menjadi Presiden. Setelah dari Amerika
disebut-sebut Gus Dur juga akan menghadiri ulang tahun ke 60 negara
Israel, undangan dilayangkan oleh mantan Perdana Menteri Israel Shimon
Peres.
Rencana
kunjungannya ke Israel ini tentu saja memunculkan reaksi keras. Sebutlah
Amien Rais yang sangat menyayangkan Gus Dur nekat ke Israel. Kecaman
atas kunjungannya menghadiri ultah 60 tahun negara Israel juga
disampaikan Wakil Kepala Biro Politik Hamas Dr. Musa Abu Marzuk
sebagai-mana dimuat dalam situs hidayatullah.com. Daripada
merayakan penjajahan Israel terhadap Palestina, lebih baik menjenguk
dan membantu 1,5 juta rakyat Palestina di Gaza yang sedang kelaparan dan
krisis bahan bakar, karena diblokade Israel. Demikian pendapat Dr Musa Abu Marzuk. “Kunjungan ke Israel itu sungguh memalukan“, ujarnya.
Menurut
Abu Marzuq, merayakan 60 tahun berdirinya Zionis Israel sama halnya
merayakan pembantaian, pengusiran, perusakan kebun-kebun dan penjajahan
atas rakyat Palestina dan Masjidil Aqsa.
"Bagaimana mungkin seorang Muslim seperti Abdurrahman Wahid tega ikut
serta merayakan keza-liman atas saudara-saudara Muslimnya sendiri?" ujanya lagi. Dr Musa menyarankan kepada tokoh-tokoh Indonesia untuk datang sendiri melihat keadaan saudara-saudaranya di Gaza: "Sudah
berbulan-bulan, 1,5 juta saudara-saudara Anda, terutama anak-anak, saat
ini hidup tanpa bahan bakar, tanpa obat-obatan dan makanan yang sangat
terbatas karena diblokade oleh Zionis Israel," terangnya.
Ada
yang mencurigai kunjungan Gus Dur kali ini ada hubungannya dengan
pencalonannya sebagai Presiden pada Pemilu 2009 nanti. Apakah ada
kaitannya dengan konsep trilateral Indonesia-Amerika-Israel?
[msa/dbs/www.suara-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar