28.3.12

SIKAP FREEMASON TERHADAP AGAMA

FREEMASONRY yang terkenal itu dinamakan Masuniyah dalam bahasa Arab, Masunik dalam bahasa Urdu, Freemasonry dalam bahasa Inggris, Vrijmetselarij dalam bahasa Belanda, France Masonerie dalam bahasa Perancis.

Sikap Freemasonry terhadap agama :
Pada awalnya dalam menjalankan misinya golongan ini menggunakan tali persahabatan dan tidak mau menyinggung soal agama. Pada tahap berikutnya, mereka menerbitkan buku-buku yang memuat tentang pertumbuhan agama-agama itu dan bermuka ilmiah itu dikatakannyalah bahwa semua agama itu sama, agama hanya satu alat untuk memperbaiki akhlak masyarakat atau agama hanya berupa kepercayaan bagian dari budaya suatu bangsa. Dalam berdakwah menguraikan ajarannya itu gerakan Freemasonry mempergunakan Club-club, balai-balai pertemuan ilmiah, gedung-gedung ikatan pemuda, sehingga pengaruh Freemasonry tertanam pada jiwa-jiwa pemuda itu dan orang-orang yang bertimpang dalam agamanya itu salah paham pada agama.

Seorang pimpinan sebuah organisasi pemuda itu pernah berkata : “Membeda-bedakan agama itu termasuk fikiran ortodok. Agama itu hanya bagian dari hasil pemikiran seseorang. Semua agama itu baik, setiap bangsa pun mempunyai agama yang asli yang tumbuh dari bangsa itu sendiri, galilah ajaran asli itu, kembali dan kita lestarikan kebu-dayaan nenek moyang yang luhur itu dan ini kewajiban bagi setiap pemuda.”(Majalah Kabana No. 6 muka 32)

“Islam itu hanya akan membawa pada kecintaan seorang tokoh asing dan cinta Makah-Madinah, sedangkan nasrani itu hanya akan membawa pada kecintaan seorang tokoh asing pula cinta pada Roma dan adat istiadatnya itu, padahal kita telah mempunyai kepercayaan sendiri yang mungkin lebih baik jika kita gali karena memeluk ajaran asing itu hanya akan membawa kecintaan ke negeri atas angin dan mengokohkan penjajahan fisik, ideologi dan agama.” (Dari brosur Trikoro Darmo disalin kedalam bahasa Indonesia oleh Yusuf Amin).

Samuel Smith seorang penggerak Freemasonry Irlandia berkata dalam bukunya : “Agama itu diciptakan seorang genius untuk merubah moral agama lama kepada moral agama baru hasil ciptaannya, dengan demikian agama itu kultur yang satu pada kultur yang lain. (Siasat Masuniyah : 38)

Seorang Simpatisan Freemasonry, Edward Eurnet Tylor berkata : “Culture is that complex whole which includes knowledge, believe, art, morals law, custom and other capacibilities and habite, acquired by man as a member of society.” (Suara Kabana No. 14 muka 32) Artinya : Kebudayaan adalah keseluruhan tatanan hidup yang mencakup sistim pengetahuan, kepercayaan (agama), kesenian, hukum, moral, adat istiadat, kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diterima oleh seorang sebagai anggota masyarakat.”

Khalil Saman seorang anggota Freemasonry dari Timur Tengah berkata : “Sesungguhnya semua macam agama itu sama saja dan merupakan ajaran-ajaran moral yang ada kalanya bertentangan dengan moralnya sendiri. Suatu dogma kultural ada kalanya dengan ajaran agama itu dapat memecah belah bangsa sendiri atau keluarga sendiri sehingga kerukunan itupun runtuhlah, maka kewajiban bagi seorang Freemasonry untuk menyadarkan mereka dan membebaskan dari kekangan agama itu. Bagi perjuangan untuk kemajuan, pembangunan sebuah negara biasanya penganut agama yang fanatik itu menjadi penghalang utama. Orang Islam mengkafirkan penganut agama lain, menyuruh mempunyai anak yang banyak, mengajarkan perang terhadap agama lain, membedakan waris bagi laki-laki lebih banyak dari perempuan, merampas harta kafir dan sebagainya. Dan jika kita renungkan cukup untuk menjadi bom waktu bagi penguasa jika umat Islam itu dibiarkan bergerak dalam organisasinya yang kuat, waspadalah hai penguasa pemerintahan di seluruh dunia, dan wahai Freemasonry seluruh dunia bersatulah!” (Siasat Free-masonry muka 65)

Orang-orang Asia Tenggara sendiri yang dianggap memegang teguh ajaran agamanya itu telah lama dimasuki ajaran Freemasonry, sehingga banyak tokoh-tokoh dari Asia Tenggara itu ber-bicara dengan suara Freemasonry.

Berkata Sutan Takdir Alisyahbana dari Indonesia : “Kalau benar Tuhan itu adil, mengapa hanya memilih berat sebelah pada Islam saja, bukankah agama itu banyak ? Dengan demikian agama itu bukan ciptaan Tuhan tetapi hasil evolusi pemikiran manusia !” (Majalah Kabana Asia no. 61).

Berkata Miyen dari Birma : “Jangan membiarkan orang-orang Islam bergerak karena mereka itu pun akan membangkitkan kembali kerajaan Arab.” (majalah Kabana Asia no. 61).

Khieu Sampan telah memperingatkan anggota Komunis Khmer Merah agar jangan belas kasihan pada penduduk Komping Cham karena mereka itulah orang-orang Islam yang cukup berbahaya jika bergerak ….(Siasah Al Masuniyah walsuyuiyah muka 54).

Berkata Drs. Suharjo, seorang Freemason Indonesia : “Bangsa Indonesia, terutama kaum inteleknya janganlah diracuni idiologi asing, baik berupa Komunisme, Kapitalisme maupun apa yang dinamakan ideologi Islam.” ( Masuniyah di Asia 67)

Ir. Sarwono Kusumaatmaja dan Nurcholis Majid dicantumkan dalam majalah Kabana No. 61 karena dianggap turut serta atau membantu Freemasonry menghancurkan umat Islam itu. Sarwono karena ucapan-ucapannya dalam koran-koran Indonesia yang berisi merendahkan agama terutama Islam, ia terlalu sinis dan anti pati terhadap organisasi-organisasi masa yang berasas Islam itu, karena ucapannya : “Kalau menginginkan organisasi agama, mengapa mereka hanya menghimpun satu agama saja? Organisasi-organisasi politik dan sosial jangan diwarnai dengan agama…dan sebagainya.” Maka dianggaplah ia pahlawan Freemasonry dari Indonesia begitu pula dengan Nurcholis Majid karena gagasan mensekulerkan Islam.

“Kita harus anggap pahlawan Freemasonry serta seharusnya disematkan bintang Daud pada kedua tokoh sekuler Indonesia Ir. Sarwono dan Nurcholis Majid itu… “ (Kabana 61 muka 14)4 )

Dalam buku-buku terbitan P.D.K seperti dalam anthropologi dan sebagainya, dikatakan agama bagian dari kebudayaan. Dalam Pendidikan Moral Pancasila sengaja anak-anak itu diambangkan ajaran agamanya, sejalan dengan gagasan Freemasonry, sedikit demi sedikit ajaran agama itu dikikis. Mereka pun mengharap agar anak-anak itu jadilah seorang plotis, dan seorang plotis pada hakekatnya itu tidak beragama.

Dalam buku “Kebudayaan dan Konstitusi” terbitan P.G.R.I disebutkan : “Jadi termasuk pada kultur (budaya) adalah agama, kesenian, kesusastraan, moral, cita-cita dan aspek-aspek emosional,”

Drs. Mohammad Hatta, seorang nasionalis Indonesia, mantan wakil Presiden RI pertama, dan penulis beberapa buku pernah mengatakan : “Kebudayaan itu ciptaan hidup dari suatu bangsa. Kebudayaan banyak sekali macamnya, maka menjadi pertanyaan apakah agama itu ciptaan manusia atau tidak, kedua-duanya bagi saya bukan soal. Agama adalah juga suatu kebudayaan, karena dengan agama manusia dapatlah hidup dengan senang, karena itu saya katakan agama adalah suatu bagian dari kebudayaan.” (Masuniyah di Asia muka 34)

Seorang Freemasonry Singapura, Mr. Chen mengatakan, bahwa agama itu sebagai penghalang pembangunan. Selanjutnya ia mengatakan : “Aga-ma yang hanya terbatas pada tradisi adat saja bukan apa-apa. Tetapi agama yang mempunyai idiologi, jelas berbahaya dan merupakan ekstrim kanan, ia lebih berbahaya jika dibandingkan dengan sosialis kiri Bolswik.” (Manusiyah di Asia muka 34)

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa sikap Freemasonry dan Komunis terhadap agama mempunyai titik-titik persamaan. Oleh karena Freemasonry dan Komunis lahir dari induk yang sama, yaitu Yahudi. Bahkan Karl Marx dan Lenin sendiri seorang Freemasonry dan penganjur Freemasonry.

Freemasonry merupakan panduan bagi imperialis, mereka pelopor penjajahan Inggris terhadap Birma, pelopor penjajahan Inggris terhadap Malaysia, dan pelopor Perancis terhadap Indo China dan sebagainya.

Kaum orientalis kebanyakan terdiri atas anggota Freemasonry yang memandang agama dari kaca mata sekuler, segi kelemahan, budaya, lalu mereka pun mengarang buku-buku tentang agama yang telah dikajikan itu, dan tak lupa pula mereka menyelipkan pandangan yang salah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar